Transcript
Training
Needs Assessment
Kepala Puskesmas
(Christina Indrawati, Agung Dwilaksono)
377
Secara umum tenaga kesehatan dokter hampir
merata di seluruh kecamatan. Kendati demikian dari
segi kuantitas, jumlah dokter di setiap kecamatan
tidak sama. Pada tahun 2007 terdapat 12 puskesmas
dengan tenaga dokter dan atau dokter gigi berjumlah
dua orang. Tetapi sampai pertengahan tahun 2008
jumlah puskesmas dengan tenaga dokter dan atau
dokter gigi dua orang hanya tinggal 7 puskesmas
saja.
Sampai tahun 2007, seluruh puskesmas di
Kabupaten Blitar dipimpin oleh dokter atau dokter
gigi sebagai kepala puskesmas. Dokter atau dokter
gigi yang menjabat sebagai kepala puskesmas ini
merangkap sebagai tenaga fungsional medis di
puskesmasnya. Sehingga beban yang dimiliki oleh
dokter atau dokter gigi tersebut menjadi bertambah
karena menangani manajemen di puskesmas,
sekaligus menangani pelayanan medisnya.
Karakteristik kepala puskesmas
Hasil penelitian memberikan informasi bahwa
umur kepala puskesmas di Kabupaten Blitar
didominasi kelompok usia dewasa muda (30–<40
tahun) sebanyak 43,5%. Pendidikan yang dimiliki
kepala puskesmas seluruhnya sarjana (dokter umum
dan dokter gigi).
Sementara masa kerja sebagai kepala puskesmas
didominasi oleh masa kerja lebih dari atau sama
dengan 15 tahun, sebanyak 43,5%. Tetapi dalam
hal pelatihan manajerial, sebanyak 68% kepala
puskesmas menyatakan belum pernah mengikuti
atau mendapatkan pelatihan manajerial atau pelatihan
struktural sebagai kepala puskesmas.
Identifikasi Kemampuan Manajerial Kepala
Puskesmas Melalui Analisis Individu
Kemampuan manajerial kepala puskesmas dalam
penelitianinidiidentifkasimelaluianalisisindividu.
Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut.
Analisis kemampuan dalam mengelola
puskesmas
Kemampuan manajerial kepala puskesmas dalam
mengelola puskesmas dapat disajikan dalam tabel
berikut ini.
Berdasarkan tabel 2 diperoleh gambaran bahwa
conseptual skill
dan
technical skill
kepala puskesmas
dalam mengelola puskesmas sebagian besar sudah
termasuk dalam kategori baik. Hasil penelitian ini
sesuai dengan kapasitas kepala puskesmas sebagai
manajer lini menurut Handoko (2003). Sebagai
manajer lini, kepala puskesmas dituntut untuk memiliki
proporsi
technical skill
yang lebih besar daripada
conseptual skill
.
Analisis kemampuan dalam memahami pekerjaan
sebagai kepala puskesmas
Kemampuan manajerial kepala puskesmas
di Kabupaten Blitar dalam memahami pekerjaan
didapatkan melalui kuesioner terbuka dengan hasil
seperti disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.
Distribusi kemampuan manajerial kepala puskesmas di Kabupaten Blitar tahun 2008 dalam mengelola
puskesmas (
conceptual skill
dan
technical skill
)
Kemampuan manajerial Kepala Puskesmas
TingkatKemampuan
Kemampuan
emampuan
Kurang (%)Cukup (%)Baik (%)
1.
Conceptual Skill
(rata-rata)
a) Pemahaman tujuan puskesmas
b) Puskesmaspunyavisi&misi
punyavisi&misi
punya visi&misi
c) Cara merumuskan visi&misi
&misi
&misi
misi
misi
d) Cara mencapai visi&misi
e) Program prioritas di puskesmas
30,5
8,7
30,4
47,8
82,6
0
4,3
8,7
0
0
0
4,3
65,2
82,6
69,6
75
25
95,7
2. Technical Skill
(rata-rata)
a)
Melakukanpenataandipuskesmas
penataandipuskesmas
penataan dipuskesmas
puskesmas
puskesmas
b)
Bagian yang ditata
c)
Pembagian tugas bagi nakes
d)
Pengelolaankeuangan
keuangan
keuangan
4,3
8,7
23,8
0
0
34,8
0
26,1
21,7
82,6
60,9
91,3
57,1
78,3
17,4
Rata-rata kemampuan manajerial13,026,160,9
Sumber: data primer
378
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 11 No. 4 Oktober 2008: 374–382
Hasil penelitian seperti yang tersaji dalam
tabel 3 menggambarkan bahwa sebagian besar
kepala puskesmas belum memahami pekerjaannya
sebagai kepala puskesmas. Beberapa alasan yang
dikemukakan kepala puskesmas antara lain karena
belum pernah diberi penjelasan dari dinkeskab
tentang tugas dan kewenangan sebagai kepala
puskesmas pada saat pertama kali diangkat dalam
jabatan ini. Pemahaman tentang pekerjaan sebagai
kepala puskesmas diperoleh hanya berdasarkan
pengalaman sehari-hari dan dari proses berbagi
dengan sesama kepala puskesmas.
Analisis kemampuan perencanaan (P1)
Perencanaan merupakan salah satu fungsi
manajemen di puskesmas yang harus dipahami dan
dilaksanakan di puskesmas.
Kemampuan manajerial kepala puskesmas dalam
fungsi perencanaan dapat diinformasikan oleh tabel
berikut ini.
Informasi yang diperoleh berdasarkan tabel 4 adalah
sebagian besar kepala puskesmas belum mencapai
kategori baik dalam kemampuan perencanaan. Dari
sisi ketrampilan manajerial, hasil ini masih belum
sesuai dengan ketrampilan yang seharusnya dimiliki
kepala puskesmas sebagai manajer lini di mana
technical skill
seharusnya mencapai kategori baik.
Sementara jika dilihat dari peran kepala puskesmas
sebagai manajer yang meliputi peran interpersonal,
peran informasional dan peran pengambil keputusan,
maka
human skill
yang mencapai kategori baik sudah
sangat sesuai. Hal ini memberikan gambaran bahwa
dalam menyusun perencanaan di puskesmas, kepala
puskesmas membutuhkan peningkatan ketrampilan
dalam
conceptual skill
dan
technical skill.
Tabel 3.
Distribusi kemampuan manajerial kepala puskesmas di Kabupaten Blitar tahun 2008 dalam memahami
pekerjaan
Pemahaman tentang pekerjaan
TingkatKemampuan
Kemampuan
Kemampuan
Kurang (%)Cukup (%)Baik (%)
a) Tujuan pekerjaansebagaikapuskesmas
pekerjaan sebagai kapuskesmas
b) Tupoksisebagaikapuskesmas
ksi sebagaikapuskesmas
agaikapuskesmas
gai kapuskesmas
c) Kewenangan sebagai kapuskesmas
d) Relasi
e) Kesulitan dan hambatan pelaksanaan tupoksi
78,3
87,0
74,0
4,3
82,6
21,7
0
17,4
78,3
17,4
0
13,0
8,7
17,4
0
Rata-rata
65,226,1 8,7
Sumber: data primer
Tabel 4.
Distribusi kemampuan manajerial kepala puskesmas di Kabupaten Blitar tahun 2008dalammenyusun
2008 dalam menyusun
perencanaan (
conceptual skill, technical skill, human skill
)
KemampuanManajerialdalamMenyusunPerencanaan
emampuan ManajerialdalamMenyusunPerencanaan
ManajerialdalamMenyusunPerencanaan
anajerial dalam MenyusunPerencanaan
MenyusunPerencanaan
enyusun Perencanaan
Perencanaan
erencanaan
TingkatKemampuan
Kemampuan
emampuan
Kurang (%)Cukup (%)Baik (%)
1. ConceptualSkill
onceptual Skill
Skill
kill
(rata-rata)
a) Menyusun RUK
b) Dasar penyusunan RUK
c) Cara menyusun RUK
d) Bentuk RUK
39,1
100
13,0
17,4
21,7
43,5
0
0
39,1
73,9
65,2
17,4
0
0
47,8
8,7
13,1
2. TechnicalSkill
echnical Skill
Skill
kill
(rata-rata)
a) Langkah pertama perencanaan
b) Teknik analisissituasi
analisis situasi
c) Teknik skala prioritas
47,8
8,7
56,5
74,0
8,7
17,3
4,3
4,3
4,3
4,3
43,5
43,5
74,0
39,1
21,7
3. HumanSkill
uman Skill
Skill
kill
(rata-rata)
a) Cara minta RUK
b) Cara menolak RUK
c) Tanggapan jika staf bertanya
d) Menyampaikan RUK
4,3
8,7
0
0
4,3
13,0
8,7
39,1
0
0
82,6
82,6
82,6
60,9
100
95,7
Sumber: data primer
Training
Needs Assessment
Kepala Puskesmas
(Christina Indrawati, Agung Dwilaksono)
379
Analisis kemampuan pelaksanaan dan
pengendalian (P2)
Kemampuan kepala puskesmas yang dinilai
dalam fungsi manajemen puskesmas yang kedua
adalah pelaksanaan dan pengendalian (P2). Hasil
penelitian sebagaimana tersaji dalam tabel berikut
ini.
Tabel 5 memberikan informasi bahwa sebagian
besar kepala puskesmas masih belum termasuk
kategori baik dalam pelaksanaan dan pengendalian,
sehingga dibutuhkan peningkatan kemampuan dalam
Tabel 5.
Distribusi kemampuan manajerial kepala puskesmas di Kabupaten Blitar tahun 2008pelaksanaan
2008 pelaksanaan
dan pengendalian (
conceptual skill, technical skill, human skill
)
Kemampuan Manajerial Kepala Puskesmas dalam
Pelaksanaan dan Pengendalian
Tingkat Kemampuan
Kurang (%)Cukup (%)Baik (%)
1.
ConceptualSkill
onceptual Skill
Skill
kill
(rata-rata)
a) Langkah P2
b) Pengorganisasian
c) Proses pelaksanaan
d) Pemantauan
30,50
13,00
34,80
26,10
56,50
21,70
13,00
0
60,90
4,30
47,80
74,00
65,20
13,00
39,10
2
. Technical Skill
a) Kendali Mutu
b) Kendali Biaya
c) Proses Miniloka
d) Sumber Telaah Bulanan
26,1
0
0
52,2
56,5
21,7
21,7
26,1
39,1
0
52,2
78,3
73,9
8,7
43,5
3. Human Skill
a) Penentuan Pelaksana
b) Setelah Penentuan Pelaksana
c) Bila Staf Tidak Segera Melaksanakan
d) Staf Tanya Biaya
4,3
17,4
0
0
13,0
47,8
74,0
65,2
43,5
0
47,8
8,7
34,8
56,5
87,0
Sumber : data primer
pelaksanaan dan pengendalian. Hal ini didukung oleh
kelengkapan dokumen hasil kegiatan pelaksanaan
dan pengendalian, banyak yang belum termasuk
kategori baik.
Analisis kemampuan pengawasan dan
pertanggungjawaban (P3)
Kemampuan kepala puskesmas yang dinilai
dalam fungsi manajemen puskesmas yang ketiga
adalah pengawasan dan pertanggungjawaban (P3).
Hasil penelitian sebagaimana tersaji dalam tabel 6
berikut ini.
Tabel 6.
Distribusi kemampuan manajerial kepala puskesmas di Kabupaten Blitar tahun 2008 dalam
pengawasan dan pertanggungjawaban (
conceptual skill, technical skill, human skill
)
Kemampuan Manajerial Kepala Puskesmas dalam
Pengawasan dan Pertanggungjawaban
Tingkat Kemampuan
Kemampuan
emampuan
Kurang (%)Cukup (%)Baik (%)
1. Conceptual Skill
a) Aspek pengawasan
b) Laporan tahunan
c) Penilaian kegiatan
34,8
0
56,5
47,8
8,7
0
4,3
21,7
56,5
100
39,1
30,4
2. Technical Skill
a) Kompilasi nilai
b) Langkah pertama PKP
c) Cara mengolah data
d) Langkah pertama analisis data
21,7
47,8
13,0
17,4
8,7
34,8
0
8,7
52,2
69,6
43,5
52,2
78,3
30,4
21,7
3. Human Skill
1) Pembentukan tim kecil
2) Bila kurang dari target
3) Bila PKP tidak benar
4) Pengumpulan data PKP
8,7
4,3
0
0
30,4
17,4
56,5
4,3
4,3
4,3
73,9
39,1
95,7
95,7
65,2
Sumber: data primer
380
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 11 No. 4 Oktober 2008: 374–382
Berdasarkan tabel 6 dapat diinformasikan
bahwa sebagian besar kepala puskesmas telah
mencapai kategori baik dalam fungsi pengawasan dan
pertanggungjawaban yang meliputi
conceptual skill
,
technical skill
,
human skill
. Hal ini berarti bahwa materi
pengawasan dan pertanggungjawaban sebenarnya
tidak diperlukan dalam pelatihan manajerial.
Hasil penelitian tentang kemampuan manajerial
kepala puskesmas dalam tiga fungsi manajemen
di puskesmas yang terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian, pengawasan dan
pertanggungjawaban seperti telah dipaparkan di
atas,harusdikonfrmasimelaluiobservasidokumen
di puskesmas. Tujuan dari kegiatan ini adalah
melakukan
cross check
antara jawaban yang diberikan
kepala puskesmas dengan bukti pelaksanaannya.
Hasil observasi dokumen di puskesmas adalah
sebagaimana tersaji dalam tabel berikut ini.
Tabel 7 memberikan informasi tentang keberadaan
dokumen pelaksanaan tiga fungsi manajemen di
Tabel 7.
DistribusiFrekuensiKelengkapanDokumenPerencanaan,PelaksanaandanPengendalian,
Distribusi Frekuensi Kelengkapan Dokumen Perencanaan, Pelaksanaan dan Pengendalian,
Pengawasan dan Pertanggungjawaban di Puskesmas WilayahKabupatenBlitarTahun2007
Wilayah Kabupaten BlitarTahun2007
tar Tahun 2007
Dokumen (tahun 2007)
Ada
Tidak ada
(%)
Benar (%)
Kurang benar
(%)
I. Fungsi Perencanaan
1. Pembentukan tim penyusun perencanaan lintas program 13,0 8,7 78,3
2. Rencana Usulan Kegiatan tahunan 0 0100
3. Rencana Pelaksanaan Kegiatan (
Planning of Action
)100 0
0 0
0
Rata-rata 39,1 4,3 56,5
II. Fungsi Pelaksanaan dan Pengendalian
4. Daftar petugas pelaksana kegiatan 34,8 8,7 56,5
5. Jadwal kegiatan bulanan 21,7 0 78,3
6. Monitoring pencapaian kegiatan bulanan 87,013,0 0
7. Pertemuan lokakarya mini bulanan Puskesmas 21,743,5 34,8
8. Pertemuan lokakarya mini tribulanan Puskesmas 013,0 87,0
9. Monitoring pembiayaan kegiatan bulanan 65,234,8 0
10. Penilaian kinerja Puskesmas 100 0 0
Rata-rata 47,817,4 34,8
III. Fungsi pengawasan dan pertanggungjawaban
11. Pemeriksaan kas dengan Berita Acara setiap 3 bulan100 0 0
12. Laporan pertanggungjawaban tahunan 47,8
47,821,7 30,5
30,5
Rata-rata 73,9
73,913,0 13,0
13,0
Sumber: Data primer penelitian, 2008
puskesmas. Tabel ini memberikan informasi bahwa
pada sebagian besar puskesmas (60,8%) belum
baik dokumen perencanaannya. Sebanyak 56,5%
puskesmas tidak mempunyai dokumen perencanaan,
4,3% mempunyai dokumen perencanaan tetapi kurang
benar. Untuk kelengkapan dokumen pelaksanaan
dan pengendalian (P2) diperoleh informasi bahwa
sebagian besar puskesmas (52,2%) belum mempunyai
dokumen pelaksanaan dan pengendalian yang baik.
Sebanyak 34,8% puskesmas tidak mempunyai
dokumen pelaksanaan dan pengendalian, dan
sebanyak 17,4% mempunyai dokumen pelaksanaan
dan pengendalian tetapi kurang benar. Sementara
dokumen pengawasan dan pertanggungjawaban
pada sebagian kecil puskesmas (26,0%) yang belum
baik. Puskesmas yang tidak memiliki dokumen
pengawasan dan pertanggungjawaban sebanyak
13,0% puskesmas, dan yang memiliki dokumen
pengawasan dan pertanggungjawaban tetapi kurang
benar sebanyak 13,0%.
Training
Needs Assessment
Kepala Puskesmas
(Christina Indrawati, Agung Dwilaksono)
381
Analisis kemampuan manajerial kepala puskesmas
berdasarkan penilaian pihak internal dan eksternal
puskesmas
Gambar 1.
Kemampuan Manajerial Kepala Puskesmas di
Kabupaten Blitar Tahun 2008 dalam Penilaian
Kasubdin di Dinkeskab Blitar
Kemampuan manajerial kepala puskesmas yang
telah banyak disampaikan di atas adalah penilaian
berdasarkan
self assessment
. Untuk mendapatkan
hasil penelitian yang optimal, maka penelitian ini juga
melakukan penilaian terhadap kepala puskesmas
yang dilakukan oleh orang lain (internal dan eksternal
puskesmas). Hasil penelitian seperti terpapar pada
gambar 1 terurai sebagai berikut.
1) Berdasarkan penilaian oleh kasubdin di dinkeskab,
diperoleh gambaran bahwa sebagian besar kepala
puskesmas belum termasuk kategori baik.
2) Hasil penilaian oleh camat menggambarkan
bahwa secara keseluruhan ketrampilan manajerial
kepala puskesmas belum termasuk dalam kategori
baik.
3) Berdasarkan penilaian kemampuan manajerial
kepala puskesmas oleh tenaga kesehatan di
puskesmas, sebagian besar kepala puskesmas
belum termasuk dalam kategori baik.
4) Hasil penilaian kemampuan manajerial kepala
puskesmas oleh kader posyandu menggambarkan
bahwa sebagian besar kepala puskesmas belum
termasuk kategori baik.
Motivasi sebagai kepala puskesmas
Motivasi kepala puskesmas dinilai melalui
kuesioner yang diisi oleh kepala puskesmas. Hasil
penelitian menggambarkan bahwa motivasi kepala
puskesmas sebagian besar sudah baik. Tetapi masih
banyak kepala puskesmas dengan motivasi yang
termasuk dalam kategori kurang dan cukup.
Kebutuhan Pelatihan Manajerial Bagi Kepala
Puskesmas
Menurut Simamora (2004), perbedaan antara
kinerja yang diharapkan dengan kinerja sesungguhnya
merupakan kebutuhan pelatihan individu. Kesenjangan
antara kinerja aktual dengan yang diinginkan dapat
dijembatani oleh pelatihan.
Tabel 7 menggambarkan adanya kesenjangan
antara hasil penilaian yang dicapai oleh kepala
Tabel 7.
Kesenjangan Kemampuan Manajerial Kepala Puskesmas, antara Hasil Analisis Individu Kepala
Puskesmas Dibandingkan dengan Standar
No.Hasil analisis (kategori baik)StandarKesenjangan
1.Kemampuan mengelola puskesmas 60,9%100% mencapai skor baikAda
2.Kemampuan memahami pekerjaan 8,7%100% mencapai skor baikAda
3.Kemampuan perencanaan 47,9%100% mencapaiskorbaik
mencapai skor baik
baikAda
4.Kemampuan pelaksanaan dan pengendalian 47,9%100% mencapaiskorbaik
mencapai skor baik
baikAda
5.Kemampuan pengawasan dan pertanggungjawaban 56,6%100% mencapaiskorbaik
mencapai skor baik
baikAda
6.Kemampuan berdasarkan penilaian:
a. kasubdin 16,7%
b. camat 4,4%
c. nakes di puskesmas 48,5%
d. kader posyandu 20,7%
100% mencapaiskorbaik
mencapai skor baik
baik
Ada
Ada
Ada
Ada
7.Kelengkapan dokumen hasil kegiatan di puskesmas 74,0%100% mencapaiskorbaik
mencapai skor baik
baikAda
8.Motivasi 56,6%100% mencapaiskorbaik
mencapai skor baik
baikAda
Sumber: data primer
382
Buletin Penelitian Sistem Kesehatan – Vol. 11 No. 4 Oktober 2008: 374–382
puskesmas secara keseluruhan yang kemudian
dibandingkan dengan standar. Sementara standar
kebutuhan pelatihan yang ditetapkan oleh peneliti
bersama dengan Dinkeskab Blitar adalah sejumlah
lebih dari 50% hasil penilaian kepala puskesmas
belum termasuk kategori baik. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut maka yang memerlukan pelatihan
untuk meningkatkan kemampuan manajerial kepala
puskesmas adalah:
1. Kemampuanpemahamantentangpekerjaan
emampuan pemahaman tentang pekerjaan
sebagai kepala puskesmas,
2. Kemampuanperencanaandipuskesmas,dan
emampuan perencanaan di puskesmas, dan
3. Kemampuan pelaksanaan dan pengendalian.
Simpulan
1. Kemampuan manajerial kepala puskesmas di
Kabupaten Blitar dalam mengelola puskesmas banyak
yang sudah mencapai kategori baik, tetapi masih ada
yang termasuk kategori kurang dan cukup.
2. Kemampuan kepala puskesmas di Kabupaten
Blitar dalam memahami pekerjaannya
menunjukkan sebagian besar kepala puskesmas
belum memahami tugasnya.
3. Kemampuan manajerial kepala puskesmas di
Kabupaten Blitar dalam fungsi perencanaan
sebagian besar belum baik.
4. Kemampuan manajerial kepala puskesmas di
Kabupaten Blitar dalam fungsi pelaksanaan dan
pengendalian sebagian besar belum baik.
5. Kemampuan manajerial kepala puskesmas di
Kabupaten Blitar dalam fungsi pengawasan dan
pertanggungjawaban hanya sebagian yang belum
baik.
6. Berdasarkan hasil penelitian secara keseluruhan,
didapatkan kesenjangan dalam kemampuan
memahami pekerjaan sebagai kepala puskesmas,
kemampuan perencanaan, kemampuan
pelaksanaan dan pengendalian.
7. Diperlukan pelatihan untuk meningkatkan
kemampuan manajerial kepala puskesmas dalam
hal kemampuan pemahaman tentang pekerjaan
sebagai kepala puskesmas, kemampuan
perencanaan di puskesmas, dan kemampuan
pelaksanaan dan pengendalian.
Saran
1. Bagi Dinkes Kabupaten Blitar
a. Hasil
training needs assessment
yaitu analisis
individu kepala puskesmas sebagai bagian dari
hasil penelitian ini hendaknya dapat digunakan
sebagai bahan advokasi ke Pemkab Blitar
untuk mendapatkan pembiayaan pelatihan.
b. Dinkes Kabupaten Blitar bekerja sama
dengan BKD Kabupaten Blitar hendaknya
menyelenggarakan pelatihan manajerial bagi
kepala puskesmas secara berkesinambungan
sehingga pelatihan yang diberikan akan
mendapatkan hasil yang optimal.
2. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini hanya sampai pada tahap
need assessment
saja, sehingga perlu disusun
rancangan pelatihan serta penelitian lebih lanjut
tentang evaluasi pelaksanaan pelatihan.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Michael, 2003.
The Art of HRD-Managing People
.
Edisi Bahasa Indonesia, Jakarta. PT Gramedia.
Bloom, Paul, 2007. Training: Training Needs Assessment
Procedures [Internet]. Bersumber dari
<
http://www-
group.slac.stanford.edu/esh/eshmanual/references/
trainingProccedAssessment.pd
f
>
[Diakses 9 Januari
2008].
Indonesia Departemen Kesehatan, 2004.
Keputusan
Menkes RI Nomor 128/Menkes/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat
,
Jakarta.
Gayatri,RetnoW,ChriswardaniS,L.RatnaK.“Analisis
Pekerjaan Pegawai Bagian Teknis Balai Laboratorium
Kesehatan Semarang Sebagai Dasar Pengembangan
Pendidikan dan Pelatihan”.
Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan
Volume 09. No. 02 Juni 2006.
Halaman 80–86, Yogyakarta.
Handoko TH. 2001.
Manajemen Personalia dan Sumberdaya
Manusia
. Edisi2,Yogyakarta.BPFE.
Edisi 2, Yogyakarta. BPFE.
Koontz,Harold,CyrilO’Donnell,HeinzWeihrich.1984.
Manajemen
-Edisi Kedelapan, Edisi Bahasa Indonesia,
Jakarta. Erlangga.
Kuntjoro,Tjahjono,2005.“PengembanganManajemen
Kinerja Perawat dan Bidan Sebagai Strategi Dalam
Peningkatan Mutu Klinis”.
Jurnal Manajemen
Pelayanan Kesehatan
Volume 08/No.03/
September/2005 halaman 149–154.
Mathis, Robert L, Jackson, John H. 2000.
Human
ResourceManagement
– Ninth Edition. USA. South-
western College Publishing.
Simamora, Henry, 2004.
Manajemen Sumber Daya Manusia
,
Yogyakarta. BP STIE YKPN.
Training Needs Assessment Checklist, 2007. [Internet].
Bersumber dari
<
http://web.mit.edu/environment/
pdf/TrainingNeedsChecklist.pd
f
>
[Diakses tanggal 9
Januari 2008].